BEBERAPA waktu yang lalu, pelajar kita telah
melaksanakan ujian nasional. Dan sekarang mereka tengah menunggu hasilnya. Apakah
mereka lulus atau tidak. Nah sebenarnya untuk apakah Ujian Nasional Itu? Apakah
UN mutlak diperlukan? Berikut negara-negara maju yang ternyata tidak menerapkan
ujian nasional pada sistem pendidikannya:
1. Finlandia
Finlandia
sebagai negara dengan sistem pendidikan termaju di dunia tidak mengenal yang
namanya Ujian Nasional. Evaluasi mutu pendidikan sepenuhnya dipercayakan kepada
para guru, sehingga negara berkewajiban melatih dan mendidik guru-guru agar
bisa melaksanakan evaluasi yang berkualitas. Setiap akhir semester, siswa
menerima laporan pendidikan berdasarkan evaluasi yang sifatnya personal dengan
tidak membandingkan atau melabel para siswa dengan peringkat juara seperti yang
telah menjadi tradisi pendidikan kita. Mereka sangat meyakini bahwa setiap
individu adalah unik dan memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Di
Finlandia profesi guru adalah profesi yang paling terhormat. Dokter justru
berada di bawah peringkat guru.
2. Amerika Serikat
Amerika
yang terdiri dari banyak negara bagian ternyata tidak pernah menyelenggarakan
UN atau ujian negara secara nasional.
Walaupun
ada ujian yang diselenggarakan oleh masing-masing state (negara bagian), namun tidak semua sekolah diwajibkan
mengikuti ujian negara bagian. Tiap negara bagian juga mempunyai materi ujian masing-masing.
Sekolah-sekolah
tetap boleh menyelenggarakan ujian sendiri dan menentukan kelulusannya sendiri.
Semua
lulusan, baik lulusan yang disenggarakan oleh sekolahnya sendiri atau lulus
ujian yang diselenggarakan negara bagian, tetap boleh mengikuti ujian mauk ke college ataupun universitas asal
memenuhi persyaratan dan lulus tes masuk.
Logika
pendidikan yang digunakan, yaitu: Kualitas pendidikan ditentukan oleh individu
masing-masing kelulusan. Walaupun Si A lulusan dari SMA pinggiran yang tidak
terkenal, kalau dia lulus tes masuk ke Universitas Harvard, maka dia pun akan
diterima di universitas tersebut. Jadi masalah kualitas ditentukan oleh
individu (individual quality).
Pakar
pendidikan dari Columbia University, Linda Hammond (1994) berpendapat bahwa
nasionalisasi ujian sekolah tidak bisa memberi kreativitas guru. Sekolah tidak
bisa menciptakan strategi belajar sesuai dengan perbedaan kondisi sosial,
ekonomi, budaya, serta kemajuan teknologi. Sistem pendidikan top down oriented tak bisa menjawab
masalah yang ada di daerah-daerah berbeda.
3. Jerman
Jerman
tidak mengenal ujian nasional. Kebijaksanaan yang diutamakan adalah membantu
setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal, yaitu dengan:
(1) menyediakan guru
yang profesional, yang seluruh waktunya dicurahkan untuk menjadi
pendidik; (2) menyediakan fasilitas sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan penuh kegembiraan dengan fasilitas olahraga dan ruang bermain yang memadai dan ruang kerja guru;
pendidik; (2) menyediakan fasilitas sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan penuh kegembiraan dengan fasilitas olahraga dan ruang bermain yang memadai dan ruang kerja guru;
(3) menyediakan media
pembelajaran yang kaya, yang memungkinkan peserta didik dapat secara
terus-menerus belajar melalui membaca buku wajib, buku rujukan, dan buku
bacaan, (termasuk novel), serta kelengkapan laboratorium dan perpustakaan yang
memungkinkan peserta didik belajar sampai tingkatan menikmati belajar; (4)
evaluasi yang terus-menerus, komprehensif, dan obyektif.
Melalui
model pembelajaran yang seperti inilah, peserta didik setiap saat dinilai
tingkah lakunya, kesungguhan belajarnya, hasil belajarnya, kemampuan
intelektual, partisipasinya dalam belajar yang menjadikan sekolah di Jerman
mampu menghasilkan masyarakat yang beretos kerja tinggi, peduli mutu, dan gemar
belajar.
Mereka setiap hari
belajar selalu mendapat tugas dari semua mata pelajaran yang proses maupun
hasilnya dinilai dan nilai-nilai ini memengaruhi nilai akhir semester dan
seterusnya.
4. Kanada
Di
Kanada tidak ada Ujian Nasional karena dianggap tak bermanfaat untuk kemajuan
pendidikan di negara itu. Untuk kontrol kualitas, di Kanada terdapat penjaminan
mutu pendidikan yang kontrolnya sangat kuat. Lembaga penjamin mutu ini
benar-benar bekerja secara ketat dari pendidikan dasar hingga menengah. Sehingga
murid yang akan masuk ke perguruan tinggi cukup dengan rapor terakhir.
Di
Kanada, perguruan tinggi tidak sulit lagi untuk menerima murid darimana pun
sekolahnya. Karena standar sekolah di sana sudah sesuai dengan standar
perguruan tinggi yang akan dimasuki setiap lulusan sekolah.
Kebalikan dengan di
Indonesia, perguruan tinggi banyak yang tidak percaya dengan lulusan sekolah
menengah. Saling tidak percaya standar ini yang menyebabkan pemborosan keuangan
negara karena harus menyelenggarakan UN dan ujian mandiri.
5. Australia
Di Australia, ujian nasional tidak
dilaksanakan bahkan tidak dikenal sama sekali, melainkan ujian negara bagian (state). Ujian ini tidak menentukan lulus
tidaknya para peserta didik, namun untuk menentukan ke mana siswa tersebut akan
melanjutkan pendidikan. Berapa pun nilai yang didapatkan oleh siswa dari ujian
tersebut tetap dinyatakan lulus. Nilai nol pun tetap dinyatakan lulus, namun
kelulusan tersebut tidak ada gunanya. Berarti siswa tersebut akan sangat sulit
untuk melanjutkan pendidikannya.
(sbkfrvr/dd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar