Aku ingin menjadi
keluarga ini, aku ingin menjadi keluarga itu, aku ingin hidup mewah, aku ingin
memiliki pendidikan yang tinggi, dan sebagainya. Mungkin inilah yang akan
dikatakan seorang anak jika mereka sudah bisa bicara pada saat mereka terlahir
kedunia ini. Bahkan mungkin akan berkata begini “aku tidak pernah minta
dilahirkan kedunia ini, aku tidak pernah minta hidup di rahim wanita ini”.
Itupun jika mereka bisa meminta dan menawar-nawar kepada Sang Pencipta.
Setiap insan diciptakan
dengan berbagai macam keadaan hidupnya. Mereka lahir mulai dari yang namanya
bayi sampai orang dewasa. Bayi lahir tanpa dosa, tanpa tahu keadaan orang yang
melahirkannya maupun keadaan yang lain. Bayi merupakan insan polos yang hanya
bisa menangis, menjerit, dan sesekali tersenyum.
Kemudian bayi ini
beranjak menjadi seorang anak yang lucu, remaja yang mencari jati diri, bahkan
menjelma menjadi orang dewasa yang dihadapkan pada berbagai persoalan. Namun
tak sedikit juga yang hanya bisa menghirup udara hanya sesaat karena kematian
telah menjemput mereka. Wajar jika mereka meninggal karena sakit. Tapi pedih
sekali mendengar dan melihatnya, ketika mereka meninggal karena pembunuhan.
Sekarang ini sedang
marak sekali pembunuhan anak, tentunya dengan berbagai motif. Jika pun bukan kematian
yang diterima mungkin hal lain yang diterima, seperti perdagangan anak,
kekerasan anak, hukuman bagi anak, dan masih banyak lagi. Ada apa sesungguhnya
dengan zaman sekarang ini? Anak-anak ini bertanya dimana mereka akan menemukan
ketenangan dan kenyamanan?? Masih ada tempat untukku di negeri ini?
Anak yang seharusnya
orang tua lindungi malah menjadi objek sasaran kekerasan yang tiada henti.
Apapun dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari seorang anak. Entah itu anak
orang lain yang tidak dikenal maupun anak kandung sendiri. Semakin kejamnya
negeri ini memaksa anak terkadang harus bertindak kurang ajar terhadap orang
tua. Rasa hormat itu sekejap mereka singkirkan untuk dapat membela diri
sendiri. Bahkan tak jarang sekarang ini banyak anak yang melaporkan orang tua
kandung sendiri kepada pihak kepolisian.
Bukan salah anak
bertindak demikian. Anak itu insan yang masih mencari-cari pegangan hidupnya.
Apabila orang tua nya benar mendidik anak pasti akan menghasilkan anak yang
hormat dan bahkan bisa berprestasi. Namun jika didikan orang tua salah jangan
heran jika anaknya kemudian membangkang bahkan sampai mengeluarkan kata-kata
kasar.
Anak yang terlahir
dengan nasib kurang beruntung bahkan harus lebih berjuang untuk mempertahankan
hidupnya. Seperti anak jalanan, anak yang berada di panti asuhan, anak-anak
yang memiliki keterbelakangan mental, dan masih banyak lagi. Tak ada anak yang
menginginkan hal demikian. Namun ini kenyataan hidup yang harus mereka jalani.
Belum lagi perjuangan yang harus mereka lakukan, kemudian ditambah dengan
penderitaan-penderitaan dari pihak lain semakin membuat hidup mereka tersiksa.
“Dimana lagi kami harus tinggal? Kemana lagi kami harus mengadu? Apakah negeri
ini memang tidak cocok untuk kami hidup?”
Anak adalah calon
penentu bangsa ini. Jika begini keadaan anak bangsa kita, lalu akan seperti apa
kehidupan negeri ini di masa mendatang? Seperti kata pepatah “Rakyat itu adalah
akar, apabila akarnya sehat maka pohonnya pun sehat”. Dan anak merupakan bagian
dari rakyat rersebut. Sesungguhnya anak-anak yang demikian lah yang mempunyai
prestasi luar biasa dibanding anak pada umumnya. Aset bangsa ini yang
sesungguhnya menjadi penentu masa depan. Apakah kami ini kelak yang akan
menyengsarakan bangsa atau yang akan memajukan bangsa? Semua jawaban ini
tergantung dari bagaimana mereka diperlakukan ketika kecil, dan seperti apa
pendidikan yang mereka terima ketika kecil.
Semoga prestasi
siswa-siswi saat ini bisa memacu anak-anak yang lain untuk terus berjuang demi
kehidupan dan pendidikannya yang lebih cemerlang.
(Desi Desember)
Tulisan ini pernah dimuat
di Tabloid Pendidikan Ganesha Edisi 154 Januari IV 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar